Allah

Kamis, 02 Oktober 2014

Pengalaman hidup selama di pesantren.



Asslamualaikum wr.wb
Saya akan menceritakan pengalaman hidup saya selama di pesantren. Bacalah dengan seksama!!!
Awal Masuk pesantren
selepas sekolah di MTsN, tepatnya di MTsN Banjarangsana dan lulus di tahun 2013, atas dorongan orang tua saya memutuskan untuk meneruskan sekolah menengah dan lanjutan di salah satu pesantren di  kota Ciamis. Pesantren itu bernama Darussalam  tergolong modern, Dan merupakan pesantren yang terkenal di nusantara. Dengan tokoh yang sangat terkenal yaitu sosok bapak pengasuh yaitu (alm) Bapak K.H. Irfan Hielmy 
Di pesantren Darussalam  saya bertemu dengan teman-teman yang berasal dari banyak suku dan daerah, kebanyakan dari Jawa Barat,Jakara,  Sumatra, dan sedikit dari pulau-pulau lain seperti Sulawesi, dan Kalimantan. Dan adapun yang berasal dari Negara-negara tetangga seperti Malaysia dll. 
Di pesantren ini banyak sekali mata pelajaran sebelumnya belum saya kenal seperti mempelajari kitab-kitab kuning dari ulama-ulama termasyur, lughah (bahasa) dan kita disuruh untuk selalu tahfidz yaitu menghfal beberapa ayat al-quran 
Pengalaman menjadi santri
Banyak santri termasuk saya merasa hidup di pesantren sangat membosankan. Disiplin yg ketat amat menekan. Tetapi justru disiplin tersebut cukup efektif untuk melatih mental santri. 
Rutinitas santri dimulai dari pagi buta sampai larut malam. Sholat selalu dilakukan berjamaah di masjid dan diakhiri dengan mengaji.  Setelah itu, santri yang mendapat giliran piket membersihkan kamar dan gedung tempat tinggal kami (tandziful 'am atau kerja bakti), sementara lainnya mandi (igtisal), sarapan (ifthar) dan bersiap untuk sekolah yang dimulai pukul tujuh. 
Libur di hari minggu ,  kami di suruh oleh pembinmbing santri untuk melaksanakan rutinitas lari pagi dan dilanjutkan dengan pemanasan di lapang terbuka bersama-sama, sesudah itu dilanjutkan dengan pengarahan dari pesantren agar selalu termotivasi. Hari minggu banyak waktu-waktu yang luang dan saya manfaatkan untuk membaca buku di perpus pesantren yang merupakan perpustakaan terbesar di Kab.Ciamis
Selepas sholat Ashar, santri memiliki kegiatan masing-masing untuk beristirahat dan olah raga - umumnya bermain bola. Kejenuhan dengan rutinitas biasanya lenyap pada saat ini, berolah raga dan bercanda dengan banyak teman.   
Tidak ada televisi yang dapat santri lihat dan radio yang bisa mereka dengar. Informasi didapatkan dari koran-koran yang dipajang. Rutinitas dan disiplin yang menekan yang lama-kelamaan membuat jenuh untungnya selalu dapat dihibur dengan keberadaan teman-teman 'senasib'. Kebersamaan dalam senang dan sedih dengan teman-teman menjadi hiburan sangat berharga. Bahkan pertemanan ini berlanjut hingga sesudah para santri lulus pesantren. 


Masa sulit dan masa menyenangkan
Masa-masa paling sulit bagi santri didapati di beberapa bulan pertama saat awal masuk pesantren (kelas satu MAN). Pada masa ini santri dituntut beradaptasi dengan lingkungan baru, dan melupakan segala kebiasaan di rumah sebelumnya. Kerinduan terhadap orang tua dan keluarga juga harus dilawan. Semua yang sebelumnya dilayani orang tua kini harus dilakukan sendiri. Untungnya, santri di pesantren ini tidak perlu memasak dan mencuci. Biasanya, setelah beberapa bulan santri akhirnya terbiasa dan melewati masa-masa sulit ini. Memang ada beberapa yang tidak tahan dan memilih keluar.
Masa sulit dan ketika jiwa berontak sebagai anak-anak muncul kembali, baik karena pengaruh teman dan lingkungan, atau karena disiplin ketat yang menekan mental hingga mendorong santri untuk keluar. Pada masa ini, pilihan keluar dan meneruskan sekolah SMA di kampung sangat menggoda. Faktor orang tua dan santri senior yang memotivasi amatlah penting pada masa-masa ini. 
Kalau dulu semasa di MTs di kampung, masa yang paling menyenangkan kami sebagai anak-anak adalah hari raya lebaran, tetapi lebaran di pesantren (idul adha biasanya santri tidak liburan) bukanlah hari 'istimewa' yang ditunggu-tunggu. Masa yg istimewa dan penting yang ditungguitunggu tak lain adalah liburan sekolah untuk pulang ke rumah. Suasana libur sekolah meninggalkan pesantren yang menggembirakan bagi santri itu ibarat suasana bebas bagi narapidana yang diizinkan keluar dari penjara. Tentu saja karena rindu bertemu orang tua dan keluarga. Bosan dengan 'masakan massal' di pesantren, para santri sangat rindu dengan masakan rumah buatan ibu masing-masing. 
Pelajaran Penting
Banyak pelajaran penting yang selama menjadi santri di jenjang Mts hingga MAN kami lalui sebagai santri. Kami diajarkan antara lain kemandirian, kebersamaan, kepememimpin, serta etika (akhlaq karimah).   
Selama dua tahun mengajar, saya punya kesempatan untuk lebih dekat lagi dengan kyai atau asatid, Beliau mengajarkan kami bagaimana menjadi manusia yang berakhlak baik.  mengajarkan akhlak dengan teladan, bukan hanya dengan kata-kata. Salah satu pesannya yang paling saya ingat ialah bahwa “keburukan orang lain jangan pernah menjadikan kita berlaku sama buruknya seperti orang tersebut”.
Nah… itulah segelintir pengalaman tentang hidup saya di pesantren yang sebenarnya masih banyak lagi.
Sekian dan terimakasih semoga bermanfaat.
Wassalam….


Designed by Animart Powered by Blogger