Asslamualaikum wr.wb
Saya akan menceritakan pengalaman hidup saya selama di
pesantren. Bacalah dengan seksama!!!
Awal Masuk pesantren
selepas sekolah di MTsN, tepatnya di MTsN Banjarangsana dan
lulus di tahun 2013, atas dorongan orang tua saya memutuskan untuk meneruskan
sekolah menengah dan lanjutan di salah satu pesantren di kota Ciamis. Pesantren itu bernama
Darussalam tergolong modern, Dan
merupakan pesantren yang terkenal di nusantara. Dengan tokoh yang sangat
terkenal yaitu sosok bapak pengasuh yaitu (alm) Bapak K.H. Irfan Hielmy
Di pesantren Darussalam saya bertemu dengan teman-teman yang berasal
dari banyak suku dan daerah, kebanyakan dari Jawa Barat,Jakara, Sumatra, dan sedikit dari pulau-pulau lain
seperti Sulawesi, dan Kalimantan. Dan adapun yang berasal dari Negara-negara
tetangga seperti Malaysia dll.
Di pesantren ini banyak sekali mata pelajaran sebelumnya
belum saya kenal seperti mempelajari kitab-kitab kuning dari ulama-ulama
termasyur, lughah (bahasa) dan kita disuruh untuk selalu tahfidz yaitu menghfal
beberapa ayat al-quran
Pengalaman menjadi santri
Banyak santri termasuk saya merasa hidup di pesantren sangat
membosankan. Disiplin yg ketat amat menekan. Tetapi justru disiplin tersebut
cukup efektif untuk melatih mental santri.
Rutinitas santri dimulai dari pagi buta sampai larut malam.
Sholat selalu dilakukan berjamaah di masjid dan diakhiri dengan mengaji. Setelah itu, santri yang mendapat giliran
piket membersihkan kamar dan gedung tempat tinggal kami (tandziful 'am atau
kerja bakti), sementara lainnya mandi (igtisal), sarapan (ifthar) dan bersiap
untuk sekolah yang dimulai pukul tujuh.
Libur di hari minggu ,
kami di suruh oleh pembinmbing santri untuk melaksanakan rutinitas lari
pagi dan dilanjutkan dengan pemanasan di lapang terbuka bersama-sama, sesudah
itu dilanjutkan dengan pengarahan dari pesantren agar selalu termotivasi. Hari
minggu banyak waktu-waktu yang luang dan saya manfaatkan untuk membaca buku di
perpus pesantren yang merupakan perpustakaan terbesar di Kab.Ciamis
Selepas sholat Ashar, santri memiliki kegiatan masing-masing
untuk beristirahat dan olah raga - umumnya bermain bola. Kejenuhan dengan
rutinitas biasanya lenyap pada saat ini, berolah raga dan bercanda dengan
banyak teman.
Tidak ada televisi yang dapat santri lihat dan radio yang
bisa mereka dengar. Informasi didapatkan dari koran-koran yang dipajang.
Rutinitas dan disiplin yang menekan yang lama-kelamaan membuat jenuh untungnya
selalu dapat dihibur dengan keberadaan teman-teman 'senasib'. Kebersamaan dalam
senang dan sedih dengan teman-teman menjadi hiburan sangat berharga. Bahkan
pertemanan ini berlanjut hingga sesudah para santri lulus pesantren.
Masa sulit dan masa menyenangkan
Masa-masa paling sulit bagi santri didapati di beberapa
bulan pertama saat awal masuk pesantren (kelas satu MAN). Pada masa ini santri
dituntut beradaptasi dengan lingkungan baru, dan melupakan segala kebiasaan di
rumah sebelumnya. Kerinduan terhadap orang tua dan keluarga juga harus dilawan.
Semua yang sebelumnya dilayani orang tua kini harus dilakukan sendiri.
Untungnya, santri di pesantren ini tidak perlu memasak dan mencuci. Biasanya,
setelah beberapa bulan santri akhirnya terbiasa dan melewati masa-masa sulit
ini. Memang ada beberapa yang tidak tahan dan memilih keluar.
Masa sulit dan ketika jiwa berontak sebagai anak-anak muncul
kembali, baik karena pengaruh teman dan lingkungan, atau karena disiplin ketat
yang menekan mental hingga mendorong santri untuk keluar. Pada masa ini,
pilihan keluar dan meneruskan sekolah SMA di kampung sangat menggoda. Faktor
orang tua dan santri senior yang memotivasi amatlah penting pada masa-masa
ini.
Kalau dulu semasa di MTs di kampung, masa yang paling
menyenangkan kami sebagai anak-anak adalah hari raya lebaran, tetapi lebaran di
pesantren (idul adha biasanya santri tidak liburan) bukanlah hari 'istimewa'
yang ditunggu-tunggu. Masa yg istimewa dan penting yang ditungguitunggu tak
lain adalah liburan sekolah untuk pulang ke rumah. Suasana libur sekolah
meninggalkan pesantren yang menggembirakan bagi santri itu ibarat suasana bebas
bagi narapidana yang diizinkan keluar dari penjara. Tentu saja karena rindu
bertemu orang tua dan keluarga. Bosan dengan 'masakan massal' di pesantren,
para santri sangat rindu dengan masakan rumah buatan ibu masing-masing.
Pelajaran Penting
Banyak pelajaran penting yang selama menjadi santri di
jenjang Mts hingga MAN kami lalui sebagai santri. Kami diajarkan antara lain
kemandirian, kebersamaan, kepememimpin, serta etika (akhlaq karimah).
Selama dua tahun mengajar, saya punya kesempatan untuk lebih
dekat lagi dengan kyai atau asatid, Beliau mengajarkan kami bagaimana menjadi
manusia yang berakhlak baik. mengajarkan
akhlak dengan teladan, bukan hanya dengan kata-kata. Salah satu pesannya yang
paling saya ingat ialah bahwa “keburukan orang lain jangan pernah menjadikan
kita berlaku sama buruknya seperti orang tersebut”.
Nah… itulah segelintir pengalaman tentang hidup saya di
pesantren yang sebenarnya masih banyak lagi.
Sekian dan terimakasih semoga bermanfaat.
Wassalam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar